Lisan + Tulisan = Kualitas diri
Ok, let me share salah satu lagu yang
menjadi favoritku, bukan hanya karena aransemennya masuk dalam seleraku, tapi
juga seluruh liriknya adalah daging (berbobot). Aku tahu lagu ini sejak tahun
2020 silam. Lagu ini dinyanyikan oleh tok ti (Dato’ Sri Siti Nurhalizah, she is
my favorite singer) beserta 2 rapper lelaki yakni Kmy Kmo dan Luca Sickta.
Judul lagunya adalah “7 Nasehat”, lagu ini memuat nasehat-nasehat orang tua
kita dahulu yang saat ini banyak kita lupakan. Salah satu liriknya yang paling
relate dengan keadaan kita saat ini ada pada kalimat “elak geliga dalam rasa
media masa, dahulu karena lidah badan dan binasa. Sekarang kerana mata jemari
berbicara” to be honest, aku struggle menerjemahkan dan memahami lagu ini,
karena beberapa kata dalam lagu ini menggunakan bahasa melayu lawas yang aku
sendiri belum pernah dengar dan kupikir kata ini juga sudah jarang digunakan oleh
anak muda di negara tersebut.
Ok
kita fokus pada kalimat “elak geliga dalam rasa media masa, dahulu kerana lidah
badan dah binasa. Sekarang kerana mata jemari berbicara” dari kalimat “dahulu kerana
lidah badan dah binasa” ini aku memahami bahwa pada zaman dahulu, orang-orang
sangat menjaga ucapan bahkan berfikir beberapa kali sebelum berbicara. Apa yang
mereka fikirkan sebelum berbicara? Tentu saja mereka memikirkan kata yang pas
untuk diucapkan lisan, jangan sampai kata yang keluar dari lisan terkesan
menyinggung atau menyakiti hati orang lain. karena sekalipun maksud dan tujuan
ucapan kita baik namun, kata yang digunakan tidak baik juga akan terkesan tidak
baik bagi yang mendengar. Kemudian, yang perlu difikirkan juga adalah apakah
penting kita membicarakan hal tersebut? Pentingkah kita berbicara saat itu? Pentingkah
ucapan kita untuk didengar orang lain? apa faedahnya bagi banyak orang? Inilah salah
satu yang membuat orang tua kita dulu bijak dalam berucap, mereka jarang
berucap namun sekali berucap selalu mengandung petuah dan makna. Sebagaimana dalam
hadist muttafaq ‘alaih yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اليَوْمِ اْلآخِيْرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا
اَوْ لِيَصْمُت
“barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau
hendaklah ia diam”
(mutafaq ‘alaih : Al-Bukhari, no. 6018 ; Muslim,
no 47)
“dahulu kerana lidah badan dah binasa”, salah
berbicara diri kita akan binasa. Binasa disini ada cukup banyak maknanya, bisa
jadi badan kita binasa ialah diri kita kehilangan marwah/martabat karena ucapan
kita, celaka, hancur. Tentu kita juga pernah dengan bukan istilah “lisanmu
adalah harimau mu”, sangking berbahayanya lisan/lidah meski tak bertulang namun
diibaratkan sebagai harimau yang siap menerkam diri kita sendiri jika kita
tidak bisa mengendalikannya. Pada akhirnya inilah yang
saat ini dilupakan oleh kita, para anak muda. semestinya hal ini lah yang
senantiasa kita tanamkan pada diri kita yakni menjaga lisan agar tidak
sembarang ucap.
Kalimat selanjutnya adalah “sekarang kerana
mata, jemari berbicara”. Kupikir kalimat ini tidak terlalu sulit untuk
dipahami, ya….sekarang kita tidak berbicara, lisan tidak mengucapkan kata. Sekarang,
mata melihat, menilai, informasi ditelan begitu saja tanpa proses Panjang diotak
terkadang ditambah pula dengan emosi sesaat kemudian jari berbicara melalui tulisan/ketikan
di kolom komentar. Entah komentar itu baik atau buruk, positif atau negatif,
membangun ataupun tidak, kita hanya memuaskan ego sesaat tanpa berfikir
dampak komentar kita terhadap orang yang membacanya. Dan komentar-komentar kita
di kolom tersebut sebenarnya menunjukkan seberapa berkualitasnya diri kita dan seberapa
baiknya kita mencerna informasi tersebut.
Mungkin
ini hanya sebuah lagu, namun bagiku ini adalah salah satu pengingat bagi kita
kaum muda yang agaknya sudah melangkah terlalu jauh hingga melupakan
petuah-petuah orang tua tentang hidup. So….mari kita intropeksi diri, berbenah
diri untuk menjadi manusia lebih baik setiap harinya. Mari kita mulakan dengan
membiasakan diri berucap yang baik-baik karena ucapan adalah doa, dan doa yang
baik akan Kembali ke diri kita sendiri. Begitupun tulisan/ketikan kita di sosial media,
karena tulisan/ketikan tersebut akan menjadi jejak digital yang jika ketikan tersebut
adalah sesuatu yang baik, ia akan menjadi amal jariyah kita di akhirat kelak. Namun,
apalah daya jika tulisan/ketikan kita hanya berupa ujaran kebencian, kalimat kasar yang
mendzolimi pembaca? Dosa jariyah kah? Naudzu billah min dzalik. Wallahu a’lam
bssowwab.

Komentar
Posting Komentar