Kita Sudah Kaya Ketika Kita......????
Ok, kaya. Kapan sih seseorang dikatakan
kaya? Apakah ketika kita sudah mampu membeli rumah besar? Punya deretan mobil
mewah nan mahal? Emas yang bertengger di tubuh? Mampu liburan keluar negeri?
nah…..silakan sebut semua definisi kaya. Jika memang definisi kaya seperti itu
berarti kita belum kaya ya? Kita masih jauh dari kata kaya.
Dulu aku pun berfikiran seperti ini juga, sampailah ketika beberapa bulan lalu aku berjalan sendirian di Labuan Bajo, aku belanja di suatu toko swalayan. Nama tokonya “Danies”. Aku ingat waktu itu aku membeli 3 barang yang aku lupa apa saja, yang pasti waktu itu uang di dompetku benar-benar kurang dari 50.000 yang artinya aku benar-benar harus berhemat. Cukup lama aku berbelanja karena mempertimbangkan mana yang benar-benar aku butuhkan dan mana yang hanya sekadar keinginan. Mana yang benar-benar urgen dan mana yang masih bisa nanti. Sewaktu aku ke kasir, ada sekitar 3 anak perempuan yang kutebak mereka bertiga adalah saudara kandung, anak pertama dan kedua sepertinya sudah masuk usia sekolah dasar sedang yang bungsu baru usia 4/5 thn. Ketika anak pertama sudah hendak ke kasir, anak kedua yang lebih kecil membujuk adik bungsu mereka agar tidak membeli permen, karena sang adik terus menunjuk ke arah permen. Waktu sang kakak ingin membayar barang yang berupa plaster bening kecil, kakak kasirnya bilang uang mereka tidak cukup. Anak pertama dan anak kedua tampak berdiskusi dan hendak mengembalikan plaster tersebut namun, kakak kasirnya dengan ramah bilang kalo barang tersebut sudah tidak bisa dikembalikan karena sudah ter-scan di sistem. Waktu itu, aku sempat mencuri dengar kalo barang tersebut adalah barang yang diperlukan oleh ibu mereka. Saat itulah kakak pertama benar-benar kebingungan, setelah aku membayar barang belanjaanku, aku mencoba dengan ramah bertanya kepada kakak kasirnya kekurangan uang anak-anak ini. kakak kasirnya pun menjawab uangnya kurang 2000. Melihat Kembali ke dompet alhamdulillah ada selembar uang 2000, aku langsung menyodorkan uang tersebut ke kakak kasir sebelum hati berbalik niat ya….namanya saja hati dalam bahasa arab yakni qolbun yang asalnya qolaba-yaqlabu berarti bolak balik. Alhamdulillah anak-anak itu akhirnya bisa keluar dari toko setelah mengucapkan terimakasih kepadaku. Setelah keluar dari toko tersebut aku merenung disepanjang perjalanan menuju posko KKN yang letaknya tidak terlalu jauh dari toko Denies.
Aku sampai pada akhir renunganku, tepatnya memetik
hikmah dari peristiwa ini. yakni ternyata orang kaya itu bukan ketika kita
sudah memiliki harta, rumah, mobil dan semacamnya. Namun, kaya adalah ketika
kita memiliki sedikit kelebihan dan kita mampu menolong sesama atau mampu
memberi dengan sedikit kelebihan yang kita miliki tersebut. Saat itu aku merasa
cukup berguna sebagai manusia yang bisa sedikit membantu. Aku juga bersyukur
dalam kesempitanku pun ternyata Allah memberikanku kelebihan berupa uang 2000.
Dan dari peristiwa tersebut juga aku meyakinkan
diri bahwa matematika Allah itu berbeda dengan matematika kita, para manusia. Kalo
saja kita ingin menggunakan matematika manusia, tentu saja aku rugi karena merelakan
selembar uang 2000 ku untuk menutupi kekurangan uang si anak-anak ini. Namun,
lagi-lagi matematika Allah itu lebih dari matematika para manusia, dan yang
bisa menerapkan matematika Allah ini adalah kita yang benar-benar memiliki
keyakinan kepada Allah. Memang agak berat untuk menerapkan matematika Allah
dalam kehidupan namun, lagi-lagi aku merasa bahwa disinilah kita benar-benar
diuji seperti kata Allah dalam surah al Baqarah juz 2 ayat 155 yang mengatakan
bahwa manusia akan diuji dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan.
Oh…benar-benar Allah selalu menitipkan
hikmah dari sebuah peristiwa namun, tidak semua dari kita mampu memahaminya. Maka
bersyukurlah ketika Allah memberikan kita kemudahan dalam memetik hikmah serta memaknai sebuah
peristiwa, karena mampu memaknai sebuah peristiwa juga adalah sebuah
kenikmatan.
Ketika aku menulis tulisan yang cukup Panjang
ini, aku juga teringat dengan salah satu kalimat dalam buku Insecure is my
middle name karya Alvi Syahrin yang selesai kubaca sebulan lalu. Kalimatnya
seperti ini :
“you don’t have to be ocean. Segelas air
saja bisa berguna bagi orang yang kehausan”
“you don’t have to be a forest. Sebatang pohon
di tengah padang pasir bisa saja sangat berguna bagi orang yang ingin bernaung
sejenak”
Maknanya apa? Kita tidak perlu menunggu
kaya untuk bisa menjadi berguna, dan membantu sesama yang membutuhkan karena
orang kaya dengan segudang kekayaan pun belum tentu mau membantu. Kita tidak perlu
melakukan hal yang sangat wow untuk menjadi manusia yang berguna pasalnya kita
bisa mulai dengan hal-hal kecil baik yang bisa/mampu kita lakukan. Ingatlah bahwa
sebuah pohon besar kokoh nan rindang juga berasal dari sebuah biji ringan yang
terlupakan di bawah tanah.
Kesimpulannya apa?
1. Kita adalah orang kaya ketika kita mampu menolong
sesama dengan sedikit kelebihan yang kita miliki.
2. Matematika Allah berbeda dengan matematika
para manusia
3. Jangan menunggu waktu, untuk menjadi
seseorang yang berguna! Mulailah dari hal-hal sederhana yang mampu kita lakukan.
W
w

Komentar
Posting Komentar