PROTEKTIF TAPI TIDAK POSESIF

     Seharusnya sebelum aku menulis tentang Labuan Bajo, aku menulis tentang beliau. Beliau yang kusebut sebagai my first love, Bapak. Bapak yang selalu ada di belakangku dan Nabila, adikku. Beliau yang tidak pernah membandingkan ku dengan sepupu-sepupuku yang lelaki. beliau yang kuyakin selalu menyebutkan namaku dan adik-adikku dalam setiap doanya. Terimakasih Bapak, meskipun kutahu kata Terimakasih itu tidaklah sebanding dengan semua apa yang bapak lakukan untukku dan adik-adik. bagiku bapak bukan hanya seorang bapak, bapak adalah teman diskusi yang sangat menyenangkan bahkan ketika mama tidak paham apa yang aku dan bapak diskusikan di meja makan setiap kita sarapan. Tau tidak pak, apa yang membuatku sangat segan ke bapak? bapak tidak pernah main-main soal perkataan bapak padaku. ingat tidak waktu aku masih di kelas 4 SD? ketika aku merengek ke bapak karena aku ingin belajar di luar pulau? waktu itu bapak menenangkan aku dengan kalimat "iya, doakan bapak ada rezeki setelah lulus SD kau bisa belajar diluar" sampai aku lulus SD dan bapak menepati perkataan itu. padahal waktu itu perekonomian keluarga kita sangat terpuruk, tapi bapak berusaha untuk menepati kalimat itu, bapak berusaha mewujudkan keinginanku untuk belajar di luar pulau. 

    Sepuluh tahun lalu tepatnya 2014, bapak benar-benar menepati perkataannya untuk membawaku belajar diluar pulau, waktu itu aku memutuskan untuk belajar di salah satu pondok pesantren tertua yang ada di wajo, kota Sengkang. Waktu itu, aku sangat senang karena akhirnya aku keluar pulau untuk belajar, alasanku waktu itu cuma 1 yaitu penasaran. iya, penasaran bagaimana keadaan diluar pulau tempat tinggalku, belakangan barulah aku memunculkan alasan lain yakni belajar. pada waktu bapak mengizinkan ku keluar pulau untuk belajar, bapak sempat mendapat beberapa kalimat-kalimat yang tidak mengenakkan untuk didengar. beberapa tetua keluarga tidak setuju dengan keputusan bapak yang mengizinkan aku keluar untuk belajar. ada bahkan yang mengatakan bahwa bapak hendak membuangku di kampung orang, tapi bapak menepis kalimat itu dengan kalimat yang sampai saat ini masih kuingat dan akan kukenang selalu yakni "magai diaccangngi anana'e jokka na tannia to anu masala lo na jokka'i" yang artinya dalam bahasa indonesia "kenapa kita harus melarang anak-anak pergi toh tujuannya juga bukan sesuatu yang salah" waktu itu aku tahu, bahwa bapak percaya padaku. 

    Alhamdulillah 6 tahun dipondok kuselesaikan dengan baik. aku melihat bapak pun sangat mendukungku dalam belajar. yang kuamati, bapak adalah orang yang protektif namun tidak posesif. yap, terbukti di tahun 2019 ketika aku akan liburan ke rumah nenekku di kota Belopa (-+3 jam dari kota Sengkang) bapak memintaku untuk memotret nomor plat mobil yang akan kutumpangi menuju kota Belopa. dan bapak juga bertanya siapa saja penumpang mobil itu, adakah perempuan selain aku. Bapak juga pernah berpesan padaku waktu aku hendak kembali ke sebatik untuk lanjut sekolah tingkat menengah atas karena aku khawatir tidak bisa lagi membiayai ku, kalimatnya "tetap belajar diluar! kalo kau diluar, kau bisa lebih berkembang, punya banyak relasi dari mana-mana daerah". Bapak membolehkan aku bergaul dengan siapapun tanpa melihat latar belakang orang tersebut, dan bapak tidak pernah mengecek ponselku serta bertanya siapa saja teman lelaki ku. semestinya ini adalah hal baik bagiku untuk bisa menjalin hubungan lebih jauh dengan lawan jenis bukan? tapi apakah aku mampu merusak kepercayaan bapak padaku? tentu saja tidak. aku akan sangat merasa bersalah jika itu sampai terjadi. kepercayaan yang bapak berikan padaku adalah hal yang sangat mahal bagi beberapa anak perempuan, dan aku bersyukur bisa mendapatkan kepercayaan itu. 

    Dan tahun ini, tepat 10 tahunku belajar diluar pulau, 5 bulan lalu tepatnya bulan Mei aku kembali meminta izin itu. Izin untuk menjalankan salah satu tugas mahasiswa yakni KKN-PLP diluar pulau Sulawesi Selatan. Aku sempat ragu bapak akan mengizinkan, tapi qaddarullah tanpa harus menunggu lama, bapak mengizinkanku pergi tentu saja ini juga hasil diskusi dengan mama. Aku diizinkan pergi dengan kalimat bapak "boleh pergi asal bukan wilayah rawan konflik" sepertinya itu akan terpatri dalam ingatanku. bapak bahkan mengizinkan aku tanpa banyak ina inu. terimakasih bapak atas izin kali ini, aku tidak tahu besok aku akan minta izin untuk apa lagi, kuharap tidak ada penyesalan disetiap izin yang bapak berikan padaku. Aamiin. 

    Bapak mungkin bukanlah bapak yang sempurna, tapi bapak sudah mencoba menjadi bapak yang terbaik bagi aku dan adik-adik. Dari bapak aku mendapatkan sosok lelaki yang memberikan aku rasa aman dan nyaman, aku bisa bercerita banyak hal ke bapak. Bahkan jika besok aku sudah siap untuk melepas diri dari tanggung jawab bapak, aku akan melihat sosok lelaki yang seperti bapak (entah kenapa menulis paragraf ini, aku merasa sedih). 

Ada begitu banyak cerita tentang bapak, tapi aku tidak bisa menulis semuanya sangking begitu banyak cerita yang aku punya tentang bapak. 


Komentar

Postingan Populer